Pages

Minggu, 25 Maret 2012

Rasulullah Hendak Dibunuh Menghilang

Memasuki tahun ke-9 Hijriyah, nama kaum muslimin kian harum di kancah dunia. kemenangan-kemenangan peperangan membuat kaum muslimin semakin melambung tinggi serta disegani diberbagai pelosok bumi.

Keadaan kaum muslimin yang sedang berada di puncak kejayaannya membuat para pemimpin negara tetangga yang belum masuk islam, mengirimkan utusan untuk mendengar dan meneliti ajaran yang disampaikan Nabi muhammad Saw secara lebih detil dan terperinci.  Keinginan merekapun difasilitasi Rasulullah dengan menyelenggarakan pertemuan tersendiri.

Ternyata dari para utusan yang dikirim, tak semuanya bermaksud baik.  Salah satunya adalah Amir Ibnu Thufail.  Ia sendiri adalah utusan dari Bani Amir yang memang sudah lama sangat benci pada ajaran Nabi Muhammmad dan hendak membunuhnya.

Lantas ia bertemu dengan orang lain yang satu tujuan dengannya.  Orang itu adalah Ibad bin Qays.  Keduanya datang kepertemuan dengan maksud menghabisi nyawa Rasulullah.  Pertemuan rahasiapun diadakan untuk menetukan cara dan rencana membunuh Muhammad.  Setelah berdikusi lama, akhirnya diputuskan suatu cara untuk membunuh Rasulullah.

"Ibad, aku akan mengajak Muhammad untuk bercakap-cakap.  Saat itu bawalah pedang yang sudah kamu lumuri racun.  Tebaslah dia dengan pedang itu dari belakang", terang Amir Ibnu Thufail dengan gaya meyakinkan.

Mendengar rencana Amir itu. Ibad pun membalas, "sepakat, Aku sepakat dengan idemu".

Rencana tersebut pun dilaksanakan oleh Ibad dan Amir.  Saat itu, mereka mengajak Rasulullah ke suatu ruangan tertutup.  Merekapun berdiri berhadap-hadapan.  Amir pun mengajak Rasulullah berdiskusi mengenai agama Islam.  

Diskusi itupun berjalan lancar.  Berkali-kali Amir bertanya kepada Rasulullah.  Rasulullah pun menjawab segala pertanyaan yang diajukan Amir.  Tanpa disadari, Ibad sudah menuju ke belakang tubuh Rasulullah dengan membawa pedang.

Saat Ibad sudah di belakang punggung Rasulullah, ia mengangkat pedang yang dibawanya hendak ditebaskan ketubuh Rasulullah.  Namun Ibad tercengang dan kebingungan.

Amir melihat jelas wajah temannya itu.  Ia juga merasa heran dengan kejadian itu.  "Apa yang terjadi? Kenapa Ibad tak juga menusukkan pedangnya ketubuh Muhamad?" batin Amir bertanya-tanya.

Maka gagallah rencana busuk itu.  Selepas kepergian Rasulullah, Amir menyeret Ibad ketempat yang sepi.

"Mengapa engkau tidak membunuhnya, hai penakut?" kata Amir.

"Hai Amir, aku bukannya penakut seperti yang telah engkau  tuduhkan.  Bukankah kamu juga telah mengetahui keberanianku" jawab Ibad.

"Lalu, mengapa engkau tak jadi membunuh Muhammad? Padahal kesempatan sudah terlihat nyata di depan mata?" tanya Amir yang masih penasaran.

"Hai Amir, sesungguhnya aku mengalami keanehan luar biasa.  Tiap kali pedangku akan kuayunkan ke tubuh Muhammad, tiba-tiba saja ia menghilang, Muhammad tidak terlihat.  Hanya ada engkau seorang.  Sedang aku sama sekali tidak melihat Muhammad," balas Ibad tak ingin disalahkan.

"Muhamad itu berada di depanmu," bentak Amir dengan marah.

"Benar, memang Muhammad ada di depanku.  Tetapi setiap kali aku hendak menusukkan pedangku, hanya engkaulah yang terlihat di depan mataku.  Daripada nanti aku membunuhmu, maka aku mengurungkan niatku," balas Ibad.

Begitulah cara Allah menjaga dan melindungi utusan-Nya.  Sebagai balasan atas rencana jahat mereka, Allah memberikan laknat kepada mereka.  Amir terserang kolera hingga  meninggal sebelum ia sampai di rumahnya setelah mengikuti pertemuan tersebut.  Sedang Ibad mati disambar petir di tengah jalan.

Sumber : Kisah Hikmah    

   

 

       

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar